Katanya kelas murah di drag bike. Sehingga animo
peserta one make race Kawasaki
Ninja Frame Standar (2-tak s/d 150 cc) terus naik. Dia jadi idola baru dan
mengancam kelas favorit yang sudah ada sebelumnya, Matik Tune Up s/d 200 cc.
Itu yang terjadi di serial Pertamina Enduro Drag Bike (PEDB) 2012. Ironisnya
belum semua peserta tahu aturan baku tekniknya.
Door prize dapat hadiah mobil, kelas ini hanya beda 6 starter dari
akumulasi sampai 5 seri PEDB di Delta Mas, Cikarang, Bekasi, 20 -21 Oktober
2012. “Dibuka pertama di Surabaya, starter hanya 30. Seri kedua di Solo, jadi
90. Itu sekaligus rekor starter di semua kelas PEDB,” kagum Helmy
Sungkar, pimpinan Trendy Promo Mandira (TPM) penyelenggara PEDB.
Di seri 5 ini, ada 62 starter, sementara
matik tune-up s/d 200 cc hanya 47 starter. “Boleh saja ramai, tapi
panitia dan yang berkepentingan soal aturan, harus lebih banyak
mensosialisasikan. Terutama aturan tekniknya,” pinta Bobby, privater asal Karawang, Jawa Barat.
Maklum kelas ini banyak diikuti perorangan.
Seperti Bobby yang ragu membubut magnet pengapian aslinya. Padahal, bisa. Makin
ragu lagi dengan omongan juri IMI di PEDB. Katanya, “Sebetulnya magnet tidak
boleh dibubut, apalagi diganti yang bukan asli. Tapi karena dari seri
sebelumnya aturan ini tidak dipakai, semua seri PEDB boleh bubut magnet asli.
Ingat, tidak boleh ganti racing,” terang Saeful Hidayat yang di Cikarang
menjadi juri lomba.
Sport 2 Tak Tune Up s/d 155 cc mayoritas menggunakan Ninja
ini, lebih utama membatasi rangka atau frame. Dia tidak boleh
diutak-atik sama sekali alias standar. Bodi juga harus bawaan pabrik, macam
tangki harus ada merek Kawasaki Ninja 150. Hehehe....
Kompresi dan portingnya boleh dikorek. CDI
dan koil sama-sama boleh diganti, kenalpot racing silakan pakai yang
termahal. Terus, gigi rasio boleh ganti juga. Tapi dibatasi dari saluran masuk
yang standar. Kan karburatornya wajib standar. Namanya standar tidak boleh
diganti dan direamer.
Dengan pelonggaran 'sedikit' itu, tetap
bicara dana. Supaya bisa kompetitif, dana akan tersedot masih belasan juta. “Lha, yang standard kan sasis doang, lainnya boleh diutak-atik,” kekeh
Muhamad Yusron mekanik dari tim KickStart Baitech yang menghabiskan Rp 15 juta
untuk membuat Ninja di kelas ini bisa bersaing.
Adi dari TJM Kocar Kacir Sepeda Sukses Gila Balap, Karawang,
‘baru’ menghabiskan Rp 10 juta. Itu rasio masih standar. Dia sudah cek harga
rasio Ninja drag kurang lebih Rp 5 juta. “Makanya catatan waktunya cuma 7.912
detik,” kata Adi sembari membandingkan dengan catatan Eko Chodox yang
7.614 detik di kelas yang sama.
Penyempurnaan aturan dan sosialisasi kunci
kelas ini tetap diminati. Karena kelas ini dibuka untuk menampung aspirasi
penggemar bali (balap liar) yang rata-rata pakai
Ninja, “Harusnya dibuat sederhana, misal kenalpot standar bobok, magnet asli
tapi CDI boleh ganti, rasio standar, dankarbu asli. Supaya sesuai dengan sebutannya
Ninja Frame Standar,” saran Adi ‘Tato’, mekanik dari tim Putra Jaya Mijo
Cilacap yang motornya dipacu Bowo Samsonet di kelas ini.
Juga kategori jokinya dibatasi bro. Standar
harus dipacu joko, eh, joki yang standar alias pemula juga
0 komentar:
Post a Comment